Kamu selalu mengajariku mengais-ngais masalalu, memaksaku untuk kembali menyentuh kenangan. Terdampar dalam bayang-bayang yang kau gurat secara sengaja. Seakan-akan sosokmu nyata, menjelma menjadi pahlawan kesiangan yang merusak kebahagiaan. Dalam kenangan kau seret aku perlahan, menuju masa yang harusnya aku lupakan. Hingga aku kelelahan, hingga aku sadar bahwa aku sedang di permainkan.
Inikah caramu menyakitiku? Inikah caramu mencabik-cabik perasaanku? apa dengan melihat tangisku itu berarti bahagia buatmu? apa dengan menorehkan luka di hatiku berarti kemenangan bagimu? siapa aku dimatamu? hingga begitu sulit kau lepaskan aku dari jeratanmu. Apakah boneka kecilmu ini dilarang untuk bahagia? Apakah wayang yang sering kau mainkan ini dilarang untuk mencari kebebasan?Mengapa kau selalu perlakukan aku seperti mainan? Kapan kau ajari aku kebebasan? Ajari aku caranya melupakan. Meniadakan segala kecemasan. Maniadakan segala kenangan.
Nyatanya derai air mataku hanya disebabkan olehmu. Ajari aku caranya melupakan. Sehingga aku lupa caranya menangis. Sehingga aku lupa caranya meratap. Karena aku selalu kenal airmata. Aku hanya ingin tertawa, sehingga hati aku mati rasa akan luka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar