Senin, 23 November 2015

Pergimu Itu Matiku (Zarry Hendrik)

Berat mengubah sikap
Sebab demi Tuhan, rasa ini masih sama
Memandang wajahmu aku tak sudi
Oh jangan sampai di hadapanmu aku meneteskan air mata
Mengertilah,
Aku lelaki/wanita yang benci menangis
Mengertilah,
Telah semampunya aku tak ingin melihatmu lagi
Sementara waktu telah menyeretku jauh dari ragamu
Aku masih saja benci menjadi aku
Aku berharap kembali di detik-detik itu
Dipelukanmu,
Betapa pesta yang sia-sia , ria yang percuma
Pada tiap esok yang ku punya, hanya akan ada satu tanya
Kau dimana?
Sesungguhnya aku ingin sekali lagi berkata 'YA'
Namun, tiada pintamu datang kepadaku
Mungkin aku hanya terlalu sering berpikir,
Tentang suatu hari,
Yang tidak akan pernah datang
Tidak seharusnya kita menyesaatkan ini semua
Aku masih menyesali itu
Ada rasa rindu kepada aku yang dulu
Aku yang tak kenal kau
Sebab dari kehilanganmu,
Aku menemukan persamaan
Antara udara dan bebutiran
Aku telah hancur,
Tubuhku mengurus,
Jiwaku mengurasku
Telah kujadikan kakiku selingan kapas
Supaya aku,
Tak dapat lagi memahami langkahku
Tetapi aku tidak dapat menyelamatkan dunia
Sekarang bantulah semua orang,
Supaya membenciku
Kau tidak sendiri
Aku telah menjadi orang lain
Aku yang dulu
Yang kau cintai itu sudah tiada
Jurang telah memanggil seluruh aku
Yang tanpa kau

Sabtu, 07 November 2015

Mencari Secercah Harapan dari Do’a Ibu


Fajar telah terbit dari ufuk timur, matahari siap untuk menyinari Buminya. Sinar sang fajar mulai memasuki jendela kamar gadis yang sedang beranjak dewasa ini. Sosok gadis yang begitu sederhana, selalu ada keceriaan dihari-harinya, dan senyuman yang selalu  menghiasi bibirnya. Gadis ini bernama Melati. Ibu Melati hanya seorang supir bus transjakarta. Sejak umur 10 tahun Melati hanya tinggal bersama ibunya. Ibu dan ayahnya sudah berpisah, karena ayahnya yang pergi entah kemana, dan meninggalkan Melati dengan ibunya begitu saja tanpa pernah kembali.

Pagi ini seperti biasa Melati harus berangkat ke sekolahnya. Dia adalah siswi disebuah sekolah kejuruan di Jakarta. Melati bisa bersekolah karena Melati mendapatkan beasiswa. Melati adalah siswi yang berprestasi, nilainya selalu memuaskan. Karena tujuan dalam hidupnya adalah menjadi orang yang sukses dan bisa mengangkat derajat ibunya. Ibu yang selalu menjaganya sejak dia masih kecil. Ibu yang akan selalu dia cintai sampai kapanpun.

“Melati anak ku mau berangkat ke sekolah sekarang? Mau ikut sama ibu tidak?” Suara yang begitu lembut keluar dari mulut sang ibu, dengan pakaian kerja dan handuk kecil dilehernya.

“ga usah bu, biar Melati naik angkot saja..” jawab Melati.

“ya sudah ibu berangkat dulu ya, hati-hati dijalan, belajar yang bener, nanti kalau berangkat jangan lupa kunci pintu rumah.” Ucap ibu Melati.

“iya bu..” jawab Melati.

***

            Kaki Melati mulai melangkah keluar rumah dengan tekad untuk sekolah. Sampailah Melati di ujung sebuah gang dimana tempat yang selalu dia datangi setiap pagi untuk menunggu angkot yang datang.

“Melati!!!” seseorang menyapanya.

“eh Rangga, ada apa Ga?” jawab Melati sambil menoleh ke arah Rangga. Rangga adalah sahabatnya. Rangga selalu menemani hari-hari Melati. Rangga selalu ada saat Melati membutuhkannya. Entah apakah Rangga mempunyai perasaan kepada Melati atau tidak.

“bareng aku aja yu, sekalian nih mumpung lagi bawa motor.” Ajak Rangga.

“eh engga usah deh aku naik angkot aja.” Jawab Melati.

“udah lah ayo cepet naik motor aku, daripada kamu nunggu angkot lama? Bisa-bisa telat masuk sekolah.” Paksa Rangga.

“yaudah deh.” Akhirnya Melati mengiyakan ajakan Rangga. Rangga dan Melati pun akhirnya berangkat ke sekolah bersama. Mereka berpisah diparkiran.

***

            Bel masuk berbunyi. Siswa dn siswi mulai memasuki kelasnya masing-masing. Suasana diluar sekolah menjadi hening. Guru mulai masuk ke kelas yang akan diajarnya.

            Seorang guru pun masuk ke dalam kelas Melati. Namanya Bu Dewi. Bu Dewi adalah guru yang mengajar pelajaran matematika. Bu Dewi meminta mereka membuka buku matematikan dan membahas soal yang beliau berikan kemarin. Semua siswa pun mengeluarkan bukunya masing-masing dan mulai membahas soal-soalnya. Bu Dewi meminta Melati untuk menjawab soal nomor satu di depan, karena Melati memang sudah terkenal dengan kepintarannya. Bahakan hampir semua guru sudah mengenalnya.

“Melati sudah ibu duga pasti kamu selalu bisa dengan mudah mengerjakan soal-soal yang ibu berikan dengan tepat.” Puji Bu Dewi.

“makasih bu..” jawab Melati dengan seyumannya yang khas..

Bel tanda pelajaran telah usai berbunyi. Ibu Dewi memanggil Melati.

“oiya minggu depan sekolah kita akan mengirimkan siswa atau siswi untuk mengikuti olimpiade matematika tingkat nasional, ibu yakin kamu bisa, apa kamu siap?”

Seketika Melati ingat dengan tekadnya untuk membuat ibunya bangga kepadanya. Melati berfikir inilah waktunya untuk dia membuat ibunya bahagia dengan prestasi yang dia raih. Dan dia bisa mengangkat derajat ibunya mulai dari sekarang.

“Melati bagaimana?” Tanya Bu Dewi kembali.

“Eh iya bu, Insyaallah saya siap bu..” jawab Melati dengan yakin.

***

            Tubuh Melati terhampas dikasurnya. Tiba-tiba surara ketukan pintu terdengar ditelinga Melati. Dengan cepat Melati menuju pintu dan membukakannya. Dibalik pintu terlihat seorang wanita dengan wajah yang sangat letih karena harus mencari nafkah untuk keluarga kecilnya. Melati langsung mencium tangannya dengan rasa kasih sayang. Melati tidak tega melihat ibunya yang sudah lanjut usia ini harus mencari uang setiap hari untuknya. Harus mengendarai bus yang sebesar bus trasnjakarta dan menanggung resiko yang sangat besar.

“ibu keliatannya cape sekali, Melati buatkan teh hangat ya untuk ibu?” ucap Melati.

“iya boleh, ini makanan untuk sampai malam ya nak..” ibu Melati memberikan makanan yang terbungkus plastik.

“iya bu..” jawab Melati.

            Melati pun menuju dapur. Dengan sangat cekatan Melati membuatkan teh untuk sang ibu.

“ini bu..” Melati menaruh gelas yang berisi teh hangat itu dimeja degan perlahan.

“makasih nak..” ucap ibu Melati.

“oiya bu, minggu depan aku akan olimpiade matematika, doakan aku ya bu..” ucap Melati.

“ibu selalu mendoakanmu sayang, ibu akan selalu support kamu, kamu belajar yang giat yaa dan berdoa sama Allah..”

“iya bu Melati akan belajar dengan giat..”

***

            Keesokan harinya, seperti biasa sinar pagi sang fajar memasuki jendela kamar Melati. Mata Melati perlahan terbuka dan ia berbegas menuju kamar mandi. Hari ini Melati harus bangun pagi karena ada bimbingan lebih awal untuk olimpiade matematikanya minggu depan. Di ruang makan sudah terlihat sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk anaknya.

“ayo nak, makan dulu, biar bisa konsntrasi nanti belajarnya.” Ajak sang ibu.

“aku makan di kantin sekolah aja bu, Melati sudah kesiangan, nanti telat sampai sekolah..” jawab Melati.

“atau kamu bawa bekal makanan saja ya? Ibu siapkan, Melati pakai sepatu saja dulu.”

“iya bu, makasih ya bu..”

            Melati mulai memakai sepasang sapatunya. Sepatu telah terpasang di kedua kakinya, Melati menghampiri ibunya kembali.

“bu makanannya sudah siap? Melati harus berangkat ke sekolah sekarang.” Ucap Melati terburu-buru.

“iya nak, ini makanannya.” Ibunya memberikan sebuah bekal makanan yang terbungkus dengan rapih.

            Melati mengambil makanan itu dari sang ibu, kemudian ia mencium tangan ibunya dengan lembut.

            Kedua kakinya melangkah dengan penuh semaangat, menyelusuri gang yang biasa ia lewati. Langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok pria yang sedang berjalan dijung gang.

“loh ayah? Itu bukannya ayah?” ucap Melati tak yakin.

            Kaki Melati sontak berlari menghampiri sosok pria tersebut.

“Ayah!!” teriak Melati dari kejauhan.

            Dengan nafas tersengal-sengal Melati memanggil sosok pria tersebut dan tetap mengajarnya.

“Ayah!!” Lagi-lagi Melati memanggil sosok pria tersebut.

            Sosok itu akhirnya menoleh ke arah Melati. Kini kaki Melati telah terhenti dari larinya. Melati begitu terkejut ketika melihat sosok tersebut ternyata memang ayahnya yang dulu pergi begitu saja meninggalkan dirinya dan sang ibu.

“Ayah! Ayah kenapa pergi?!” tubuhnya sontak memeluk sang ayah dan air matanya pun mulai menetes. Kini kerinduan yang dia rasakan selama 6 tahun ini telah terbalaskan. Sekarang dia bisa memeluk ayahnya dengan erat. Berharap ayahnya tidak akan pergi meninggalkannya lagi.

            Sang ayah hanya bisa terdiam.

“ayah jawab?! Selama ini kemana aja? Kenapa ayah pergi? Melati kangen sama ayah!” ucap Melati yang tak sabar mendengar jawaban dari ayahnya.

“maafkan ayah Melati, ayah harus pergi meninggalkan kamu karena ayah sudah tidak pantas menjadi ayah kamu.”

“apa ayah sudah menikah lagi dengan perempuan lain?”

“iya ayah sudah menikah dengan perempuan lain, karena ayah berhutang budi padanya.”

“kenapa? Apa dia lebih kaya dari ibu sebab itu ayah meninggalkan kita?”

“bukan karena itu Melati, ayah sangat berhutang budi padanya, dan dia ingin ayah menjadi suaminya, dan dia mengancam ayah.”

“mengancam seperti yah? Sampai-sampai ayah tega ninggalin kita berdua?!”

“ayah diancam, kalau ayah tidak mau nikah dengan dia, dia akan ganggu kehidupan kamu dan ibu kamu Melati, diaa akan mengusik kehidupan kamu, ayah ga bisa ngeliat hidup kamu dan ibu kamu di usik oleh perempuan ini.”

“tapi ayah kenapa ga ngejelasin dari awal?! Kenapa ayah main pergi gitu aja?”

“ayah terpaksa Melati, ayah sekarang harus pergi, ayah harus kerja.”

“tapi yah, Melati masih kangen sama ayah, melati mau jalan bareng sama ayah kaya dulu, Melati mau kita sama-sama lagi kaya dulu.”

“tapi ayah ga bisa Melati, ayah harus pergi, dan ayah mohon jangan bilang ke ibu kamu kalau kamu ketemu sama ayah.”

“loh kenapa yah?”

“ayah ga mau ibu kamu sedih.”

“tapi ayah udah bikin ibu sedih sejak ayah pergi dari rumah.”

“tapi setidaknya kini hidup ibu kamu sudah lebih tenang.”

“baiklah yah, tapi kita bisa ketemu lagi kan? Ini bukan pertemuan terakhir kita kan?”

“sepertinya ini pertemuan terakhir kita Melati, ayah harus pindah keluar negeri karena ayah dipindah kerja keluar negeri oleh kantor ayah.”

“tapi yah?!”

“ayah kasih kamu gelang ini, jaga gelng ini baik-baik, jangan sampai hilang, ayah harus pergi sekarang.” Sang ayah pun melangkahkan kakinya. Perlahan sosoknya semakin jauh dan kemudian menghilang dari pandangan Melati.

            Kini Melati hanya memandangi gelang pemberian sang ayah. Dia langsung memakainya dipergelangan tangannya. Air matanya turun begitu deras di pipinya.

            Tiba-tiba hujan turun begitu saja. Air hujan dengan cepat mengguyur tubuh Melati. Kini baju dan tubuhnya sudah basah kuyup karena hujan. Melati terdiam sejenak, kemudian melanjutkan perjalanannya, tetapi Melati tidak melanjutkannya ke sekolah, dia berfikir lebih baik dia kembali ke rumahnya saja, karena perasaannya masih tidak karuan.

            Dengan langkah yang gontai akhirnya Melati sampai di depan rumahnya. Melati peralahan membuka pintu dan menuju kamar untuk mengganti pakaian yang sudah basah kuyup teresebut. Kemudian Melati menghempaskan tubuhnya ke kasur.

***

Hari demi hari telah dilalui Melati dengan belajar dan belajar. Karena olimpiade ini adalah awal untuk mencapai kesuksesannya, dan dia bisa membuat ibunya bangga. Hari olimpiade itu pun akhirnya datang. Jantung Melati berdegup dengan kencang, Melati takut mengecewakan ibunya karena kekalahan yang ia dapat. Tapi Melati harus yakin bahwa dia bisa untuk meraih kemenangan yang ia inginkan. Semua teman dekatnya selalu mendukung Melati, mereka selalu menyemangati Melati, terutama sahabatnya yaitu Rangga.

“ayo Mel! Pasti kamu bisa kok!! SEMANGAT!!” teriak Rangga dari kajauhan.

            Soal olimpiade matemtika mulai dibagikan. Soal itu sudah ada di meja Melati. Melati mulai membaca dan mengerjakannya dengan sangat teliti. Detik demi detik,  menit demi menit, dan waktu demi waktu terlewati, Melati sudah selesai mengerjakan soal olimpiadenya tepat saat bel berbunyi.

            Ini waktu dimana saatnya menunggu hasil siapakah yang mendapatkan juara 1, 2, dan 3. Jatung Melati mulai berdegup dengan cepat, keringat dingin ikut mengalir dari dahinya. Juri pun mengumumkan siapa yang menjadi juara 1, 2, dan 3.

“yang jadi juara 3 adalah… Muhammad Akbar Permana dari sekolah SMA 1 Bandung, juara 2 nya adalah… Putri Maharani dari SMA 6 Semarang, dan juara 1 nya adalah…”

            Deeg, jatungnya mulai berdegup dengan kencang kembali. Kini Melati mulai pesimis.

“dan juara 1 nya adalah Melati Kusuma Dewi dari SMK 1 Jakarta..”

            Senyuman bangga hadir dari bibirnya, air mata kebahagiaan mulai mengalir dipipinya. Melati maju kedepan dan menerima piala serta uang tunai senilai Rp. 10.000.000,00.

“tuh kan aku yakin kamu pasti bisa Mel! SELAMAT!!” ucap Rangga sambil menguluran tangan kepada Melati, dengan ramah Melati menyambut uluran tangan tersebut.

***

            Melati pulang dengan membawa tropi dan uang yang begitu banyak, itu semua untuk ibunya. Melati berlari melewati gang rumahnya dengan semangat. Sampai di depan rumah, Melati begitu terkejut, mengapa banyak orang yang datang?

“ini ada apa?!” ucap Melati. Perasaan Melati mulai tidak karuan. Hanya tanda tanya yang kini ada dibenaknya.

“ibu kamu mengalami kecelakaan Melati..” salah seorang warga menjelaskan kejadian yang di alami oleh ibu Melati.

“APA?!” ga mungkin bu ga mungkin!!” air matanya mulai turun dengan deras. Tropi dan amplop yang berisikan uang itu terjatuh begitu saja.

            Melati mulai memasuki rumahnya. Di sana Melati melihat sosok ibunya sudah terbalut kain putih, dan mukanya tertup oleh kain penutup. Melati perlahan mendekati tubuh ibunya yang sudah kaku itu. Melati memeluk ibunya dengan erat.

“ibu!! Ibu kenapa pergi ninggalin melati! Melati juara 1 olimpiade loh bu!! Kenapa ibu malah pergi? Kalau ibu pergi melati sama siapa? Ga ada yang support dan menasehati melati lagi bu!! Bu bangun! Bangun bu!”

            Seketika Melati terngiang dengan kata-kata ibunya yang ingin mengantarnya sampai sekolah, dan ternyata itu adalah permintaan terakhir dari ibunya.

“ibu Melati menyesal telah menolak ajakan ibu untuk mengantarkan Melati ke sekolah waktu itu. Andai saja melati tau itu adalah ajakan terakhir dari ibu. Ibu Melati mohon bangun!” Melati memeluk erat tubuh ibunya yang kaku itu.

            Melati sadar hal itu percuma, sampai kapanpun ibunya tidak akan lagi terbangun dari tidur panjangnya. Seketika Melati teringat dengan ayahnya yang waktu itu ditemui olehnya. Dia memandangi gelang yang diberi oleh ayahnya. Kini tangisannya sudah tidak terkontrol.

“ayah, apa ayah ga bisa kesini? Tinggal sama aku, aku ga bisa hidup sendiri yah, ibu udah pergi ninggalin aku, sekarang aku benar-benar sendiri.”

            Sejak kejadian itu Melati harus bekerja keras untuk melanjutkan hidupnya, Melati tetap meneruskan sekolahnya dan tetap dengan tekadnya. Walau ibunya sudah tiada, bukan berarti Melati bisa melupakan tekadnya itu. Melati tetap menorehkan perestasi di sekolahnya. Sampai dia sukses nanti.

Jumat, 06 November 2015

Andai aku bisa

terlalu cepat kau pergi meninggalkan aku
saat diriku terlalu mencintaimu
terlalu banyak cerita yang kau tinggalkan
saat ku dekat, saat bahagia denganmu oh
andai aku bisa memutar waktu, andai aku bisa
takkan ku siakan waktu-waktu bahagia denganmu
andai aku mampu hentikan waktu, andai aku bisa
aku akan selalu ada untukmu, bersamamu
terlalu perih ku rasa saat kau pergi
sedih mendalam jiwaku kehilanganmu
terlalu singkat ku rasa engkau di sini
aku hanya bisa menangis tak sanggup lagi
andai aku bisa memutar waktu, andai aku bisa
takkan ku siakan waktu-waktu bahagia denganmu
andai aku mampu hentikan waktu, andai aku bisa
aku akan selalu ada untukmu, bersamamu
semoga engkau tenang, semoga engkau bahagia
semoga engkau tenang di sana, di sana
andai aku bisa memutar waktu, andai aku bisa
takkan ku siakan waktu-waktu bahagia denganmu
andai aku mampu hentikan waktu, andai aku bisa
aku akan selalu ada untukmu, bersamamu

Kamis, 05 November 2015

Kepergianku (Dwitasari)

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, cepat atau lambat, pepatah ini akan terjadi pada saiapaun, termasuk aku. Iya, tentu ada air mata. Tentu saja ada semilir duka. Tapi aku percaya semua ini akan terlewati. Dan kembali baik-baik saja.

Aku juga manusia biasa, punya rasa rindu yag menggebu. Aku rindu menjadi diriku sendiri. Aku yang utuh, aku yang ku kenali, aku yang ku inginkan. Memang semua tak lagi sama. Tapi percayalah, ini yang terbaik. Jangan ada benci apalagi caci. Kita telah dewasa. Bukankah dewasa berarti siap melepaskan juga merelakan.

Kita masih bisa bertemu dalam nyata atau dalam doa. Kita masih bisa saling membahagiakan. Dalam peluk, dalam tawa, semanis dulu. Ini bukan kepergian. Kita hanya sama-sama ingin meraih tujuan. Tolong, tolong jangan anggap ini perpisahan, hanya raga kita yang terpisah tapi hati ini masih saling bertautan, tubuhku memang tak lagi di dekat kalian. Tapi izinkan aku meyelamatkan hati, agar perbedaan ini tak jadi boomerang untuk saling menyakiti. Aku pergi karena aku ingin menjadi yang ku ingini.

Mungkin Hanya Aku (Dwitasari)

Mungkin saat ini aku pilih diam, tanpa harus peduli lagi. Ku lelah dengan sikapmu seperti ini yang selalu anggapku boneka. Yang bisa kau permainkan, sesuka hatimu, dan kau pun pergi tinggalkanku begitu saja.

Coba fikir mungkin hanya aku yang selalu ada disampingmu, didekatmu diasaat kau terjatuh Coba fikir mungkin cuma aku yang selalu ada menunggumu, hingga saatnya kau menyadarinya, cinta.

"Selama ini kamu anggap aku apa? kita selalu bersama tapi akhirnya kau malah berikan luka. Memangnya matamu tak terbuka untuk melihat cintaku?  apakah mungkin kamu terlalu asik memberi cinta dan berkata cinta pada orang lain di luar sana. Tapi, mengapa kau justru menjadikanku boneka, padahal selama ini aku yang paling setia, yang selalu ada bersamamu saat kau butuh. Apakah aku tak pernah pantas untuk kau perjuangkan?"

Coba fikir mungkin hanya aku yang selalu ada disampingmu, didekatmu disaat kau terjatuh. Coba fikir mungkin cuma aku yang selalu ada menunggumu, hingga saatnya kau menyadarinya, cinta.

Coba fikir mungkin hanya aku yang selalu ada disampingmu, didekatmu diasaat kau terjatuh. Coba fikir mungkin cuma aku yang selalu ada menunggumu, hingga saatnya kau menyadarinya, cinta.

Mengais Masalalu (Dwitasari)

Kamu selalu mengajariku mengais-ngais masalalu, memaksaku untuk kembali menyentuh kenangan. Terdampar dalam bayang-bayang yang kau gurat secara sengaja. Seakan-akan sosokmu nyata, menjelma menjadi pahlawan kesiangan yang merusak kebahagiaan. Dalam kenangan kau seret aku perlahan, menuju masa yang harusnya aku lupakan. Hingga aku kelelahan, hingga aku sadar bahwa aku sedang di permainkan.

Inikah caramu menyakitiku? Inikah caramu mencabik-cabik perasaanku? apa dengan melihat tangisku itu berarti bahagia buatmu? apa dengan menorehkan luka di hatiku berarti kemenangan bagimu? siapa aku dimatamu? hingga begitu sulit kau lepaskan aku dari jeratanmu. Apakah boneka kecilmu ini dilarang untuk bahagia? Apakah wayang yang sering kau mainkan ini dilarang untuk mencari kebebasan?Mengapa kau selalu perlakukan aku seperti mainan? Kapan kau ajari aku kebebasan? Ajari aku caranya melupakan. Meniadakan segala kecemasan. Maniadakan segala kenangan.

Nyatanya derai air mataku hanya disebabkan olehmu. Ajari aku caranya melupakan. Sehingga aku lupa caranya menangis. Sehingga aku lupa caranya meratap. Karena aku selalu kenal airmata. Aku hanya ingin tertawa, sehingga hati aku mati rasa akan luka.

Selasa, 03 November 2015

gatau apaan.

Pagi ini aku merasakan kecemburuan yang semakin meningkat. Bagaikan gunung Everest yang terletak di Pegunungan Himalaya. Kau begitu dekat dengannya. Bahkan sangat dekat. Aku melihat dengan jelas. Lagi-lagi dia! bukan hanya sekali atau 2 kali. Tapi hal ini sudah sering terjadi.

Sampai kapan aku harus menahan kecemburuan ini? Kecemburuan yang tak pernah di ketahui oleh mu. Hari ini aku benar-benar benci denganmu! muak! Aku semakin muak dengan perasaan ini. Perasaan yang tak pernah engkau mengerti. Perasaan yang tak pernah kau sadari kehadirannya.

Hari ini aku menabrak seseorang. Aku cukup terkejut ketika seseorang itu adalah kamu. Sontak muka ku berubah menjadi malas. Malas melihatmu yang sudah sering kali mengahncurkan perasaanku. Tapi aku tetap melontarkan kata 'maaf' itu. Lalu pergi meninggalkanmu. Entah ini hanya perasaanku saja atau tidak. Tapi aku merasa mukamu juga berubah. Entah heran dengan sikapku yang seperti ini, atau kamu merasa kecewa karena aku bersifat seperti ini. Tapi jujur aku sangat lelah, sangat sangat sangat lelah. Aku lelah dengan sifat ramahku terhadapmu yang kau tanggapi dengan sifat dinginmu itu.

Bolehkan aku bersifat ini kepadamu? aku akan tetap seperti ini sampai kamu bisa mengerti perasaanku. Faham dengan perasaanku. Aku tahu ini permintaan yang konyol. Dan bahkan kamu juga tidak akan melakukannya. Membaca tulisan ini saja belum tentu terjadi. Lalu untuk apa aku berharap kamu akan seperti itu nantinya. Harapan yang hanya membuang waktuku.




Sang Pangeran Kodok 2

Matahari telah menyinari sang bumi. Cahanya semakin terik. Siang ini aku harus mengikuti jam pelajaran olahraga. Semua anak telah berkumpul dalam 1 lapangan. Guru pun datang. Kami di suruh melakukan pergangan terlebih dahulu.

"ayo selesai peregangan lanjut lari keliling lapangan sebanyak 2 kali.."

Semua murid menuruti perintah guru. Semuanya berlari mengelilingi lapangan. Tapi tiba-tiba kaki ku tersandung dengan batu. Tubuhku tersungkur dan baju olahraga yang ku kenakan menjadi kotor. Semua anak menertawakanku. Aku merasa malu disaat itu juga.

Aku melihat ada seseorang yang mengulurkan tangannya untuk membantuku. Aku menyambutnya. Ketika aku bangun perlahan aku melihat siapa yang mengulurkan tangannya itu. Aku sangat terkejut ternyata itu adalah Bryan. Ya, dia adalah pria yang selama ini aku kagumi. Aku merasa detak jantungku berhenti seketika. Aku tak percaya ternyata dia sebaik ini padaku. Pemikiranku selama ini ternyata salah. Akhirnya aku bisa menatapnya lebih dekat. Bahkan sedekat ini. Saat ini aku bisa meraih tangannya. Tangan yang sampai detik ini masih ku rasakan.

"eh lo gapapakan?" Bryan.

"e..eh iya gapapa ko, makasih ya.."

"iya sama-sama, lain kali kalau lari hati-hati, tangan gua dong tolong.."

"eh iya maaf maaf.."

Aku ingin waktu ini di putar. Bahkan berhenti. Aku sangat ingin ada didekanya seperti tadi. Jatungku sampai saat ini masih berdetak dengan kencang. Bahkan semakin kencang saat aku menatap matanya.

Sang Pangeran Kodok

Sangat berat aku untuk melangkah, melangkah menuju ruang kelas dimana aku harus belajar. Aku masuk sekolah Aliyah di Bandung. Aku tak pernah ingin masuk ke sekolah ini, tapi orangtuaku memaksaku untuk masuk ke sekolah ini. Hari pertama aku harus menjalankan tes tulis sendirian, karena yang lain sudah masuk dan matrikulasi. Ya, aku bias mengikuti tes itu karena ibuku seorang guru di sekolah tersebut.

Esoknya aku masuk untuk mengikuti matrikulasi. Aku melihat seorang pria. Dia sangat cukup membuatku tertegun. Tapi aku tahu perasaan ini salah. Karena pada saat itu aku masih mempunyai kekasih. Aku harus menjaga perasaanya. Tapi mataku tak bias berbohong. Mataku tak bisa lepas darinya. Setiap hari ku selalu menatapnya, dan mulai mencari tahu tentang dirinya. Tidak lama kemudian aku pun putus dengan kekasihku. Entah mengapa aku mengambil keputusan itu. Mungkin aku sudah merasa tidak nyaman dengannya. Tapi ini bukan karena pria itu.

Hari demi hari aku lalui dengan bersekolah seperti yang lainnya. Perlahan aku mempunyai banyak teman. Dan aku mulai merasa nyaman bersekolah di sekolah ini. Lagi-lagi aku menatapnya. Menatapnya begitu lama. Entah ini hanya sekedar kagum atau apa aku pun tak mengerti. Aku selalu mengajaknya bercanda tapi dia selalu bersikap dingin denganku. Aku tak mengerti mengapa dia bersifat seperti itu.

Saat itu aku sedang berdiri di balkon sekolah. Aku menatap pria itu dari atas, dia sangat lihai menendang dan mengoper bola itu. Dengan keringat yang turun dari dahinya itu semakin membuatnya terlihat keren. Bahkan siswi di sekolah ini mungkin hampir semuanya kagum padanya.

"Venus!! bengong aje lo, lagi liatin siapa sih?" Fiona, dia adalah teman dekatku di kelas sekaligus teman sebangku ku.

"E..eh, apa Fi? engga ko gua ga lagi ngeliatin siapa-siapa."

"halah ga usah bohong gitu deh, jangan-jangan lo ngeliatin.."

"hah ngeliatin siapa maksud lo?"

"negliatin..."

"ngeliatin siapa??"

"Ngeliatin Agus!! hahahahahaha." Tawa pun tak tertahankah. Aku langsung menatap temanku ini.

"Apa sih, ga lah masa gua ngeliatin si Agus."

"Barangkali aja gituuu.."

"Engga Fiona engga!! udah ah gua mau masuk, mau makan laper nih, lo mau ga? gua bawa makanan nih di bawain sama mommy."

"wiih boleh boleh.."

Untung Fiona tidak mengetahuinya. Karena aku hanya ingin Tuhan dan hatiku yang tahu tentang perasaan ini.


Sinar sang fajar telah berubah warna menjadi oranye. Senja telah tiba, matahari mulai terbenam. Bayang pria itu masih ada di benak ku. Senyuman khas nya itu, yang selalu membuat aku terpana.

Senin, 02 November 2015

Untuknya.

Langkahku semakin mantap untuk pergi menjauh. Tapi hati ini selalu minta untuk kembali. Tidak! aku akan tetap melangkah dan menolak permintaan hati untuk tetap bertahan. Karena aku tahu akan seperti apa nantinya jika aku tetap bertahan dengan perasaan yang salah. Bagaimana luka yang akan kau gurat di hidupku. Mungkin akan melebihi ini. Mendengar kau masih mengharapkannya saja aku sudah terluka. Lalu bagaimana jika aku tahu kau sudah bersamanya? Tentu sakit.

Menatap mu saja sudah membuat jantungku tak karuan. Melihat kau tertawa saja itu sudah menorehkan kebahagiaan untukku, walau hanya sedikit. Tapi setidaknya aku bisa melihat senyuman dari bibirmu itu. Kau selalu membuat hatiku luluh ketika ingin berhenti mencintaimu. Tapi aku tetap ingin meneruskan pemberhentian ini. Aku hanya ingin melindungi hatiku dari rasa luka.

Aku tahu jika aku menatapmu dengan perasaan cinta itu akan membuatku mendapatkan dosa. Tapi mata ini tak bisa berhenti menatapmu. Aku tahu kau selalu bertingkah konyol dan memalukan. Tapi itu bisa membuat teman-teman yang lain ikut tertawa. Aku ingin ikut tertawa tapi tak bisa. Kita tak seperti dulu, dulu yang masih ada kedekatan yang begitu hangat, dan membuatku terbawa dengan suasana itu.

Ingin rasanya detik ini juga aku menyapamu via BBM, memanggilmu seperti dulu. Tapi itu tidak bisa aku lakukan. Aku juga sangat ingin berbagi cerita tentang masalahku saat ini. Ya! lagi-lagi seperti dulu. Karena dulu kau selalu menemaniku, memberi masukan-masukan untuk aku menyelesaikan semuanya. Memberiku semangat ketika aku sedang kesusahaan menghafal ayat-ayat Al-Qur'an.

Jadi makmum dan sholat di belakangmu yang menjadi imam dengan teman-temanku saja aku sudah merasa bahagia. Aku merasa kau benar-benar akan menjadi imamku kelak. Aku selalu membayangkan hal itu. Tapi aku tahu hal itu mustahil. Karena aku tahu kau akan bersama dia di masadepan nanti, bukan bersamaku.

Kodok, kodok, kodok yang selalu dia ucapkan ketika memanggilmu. Jujur hatiku merasa tak nyaman, seolah-olah dia sangat dekat denganmu. Kapan aku bisa memanggilmu dengan panggilan khas dariku (lagi). Kapan sapaan hangat itu terulang kembali? Kapan stiker 'goodnight' itu akan muncul dari layar ponselku? Hanya chat terdahulu yang tersimpan.



Dari sosok yang tak pernah kau lihat kehadirannya...

Kadang aku merasakan kecemburuan ini terlalu bodoh, dan aku rasa aku tidak berhak untuk merasakan hal seperti ini. Cemburu dengan orang yang jelas-jelas bukan siapa-siapaku. Dan aku pun bukan orang yang begitu penting dalam hidupmu. Tapi aku tidak bisa menahan kecemburuan ini. aku begitu muak ketika melihat kamu dekat dengan yang lain. Dekat yang begitu berlebihan. Yang aku fikir itu tak wajar.

Bahkan memangdangpun aku tak mampu. Emosiku semakin tak terkontrol ketika melihatnya. Aku tahu ini bukan hak ku untuk merasakan hal seperti ini. Tapi aku hanya wanita biasa, dan bukankah setiap wanita akan merasakan hal yang sama jika meliat pria yang dia cintai dekat dengan wanita lain selain dirinya? Bukan hanya itu! Tapi aku juga ingin di posisi mereka! Ya! Mereka yang bisa dekat denganmu! Seperti kita waktu dulu!

Mungkin ini terlihat begitu egois, aku minta maaf. Aku minta maaf karena terlalu menuntutmu, menuntutmu yang bukan siapa-siapaku. Tapi apa aku ini benar-benar begitu egois? Padahal aku saja tidak pernah mengutarakan semuanya padamu. Mengutrakan apa yang aku mau, apa yang aku rasakan saat ini, mengutrakan rasa kecewaku padamu. Bahkan aku saja tidak berani untuk mengungkapkan 1 kata atau 2 patah kata sekalipun. Harus berhadapan denganmu saja nyaliku sudah mengecil. Tatapanmu yang membuat aku yakin kamu tidak akan pernah mengagapku ada (lagi). Entah apa salahku, kau tidak pernah menjelaskan semuanya.

Mengapa hanya kau yang bisa merasakan bahagia? Kenapa aku tidak? Mengapa kau memberikan kebahagiaan lalu merampasnya begitu saja? Bukankah itu yang dinamakan egois? Kadang aku tak mengerti dengan persoalan ini. Aku tahu berlian sepertimu tak pantas untuk dimiliki oleh seoarang gadis miskin sepertiku.

Kini kau sedang berada dibelakangku, ya! dengan temanku. Entah ini apa, tapi aku merasakan hal yang berbeda. Bukan! ini bukan cinta yang biasanya muncul setiap aku mentap mu. Tapi benci yang aku rasakan saat ini. Iri yang aku rasakan saat ini. Aku ingin seperti dia, yang bisa duduk disampingmu. Yang bisa tertawa terbahak-bahak denganmu. Asal kau tahu, aku selalu berusaha menyangkal kecemburuan ini. Tapi tidak bisa!

Aku tahu aku tidak bisa melarangmu dekat dengan siapapun. Tapi ini juga bukan mau ku. Andai persaan ini tak pernah ada. Mungkin saat ini aku bisa bahagia dengan teman-teman yang ada disekelilingku. Aku tahu kau akan mengatakan kalau aku ini berlebihan. Berlebihan karena tulisan yang begitu lebay jika kau membacanya.

Apa kamu tidak bisa membiarkan boneka kecilmu ini beristirahat sejenak dengan rasa sakitnya? Dengan rasa lelahnya? Lelah dengan perasaan yang kau mainkan. Sakit dengan perasaan yang tak pernah kau sambut dengan kehangatan. Kadang aku membenci hari-hariku. Hari-hari yang harus aku lalui dengan melihatmu. Melihatmu bercanda dan tertawa dengan teman-teman perempuanku. Dan kamu tidak bisa seperti itu denganku (lagi). Memang apa bedanya aku dengan mereka? Apa bedanya?! Bukankah aku dengan mereka itu sama.

Kadang aku menatap langit begitu lama. Kedua tanganku tertadah, aku meminta kepada Tuhan agar perasaan ini dihilangkan. Dihilangkan selama-lamanya. Dan terkadang aku pun menyalahkan diriku sendiri.Ya! mengapa aku harus membiarkan orang sepertimu hadir dikehidupanku. Dan mengapa aku tidak bisa menahan perasaan ini, ya setidaknya tidak membiarkan rasa ini berkelanjutan menjadi cinta yang suci.

Bukan berarti aku menyerah dengan keadaan seperti in, hanya saja aku sudah lelah menjadi boneka yang selalu kau mainkan. Mengapa kau menawarkan kebahagiaan lalu dengan mudahnya kau renggut begitu saja. Bahkan dengan caramu yang sampai saat ini tak pernah ku megerti. Aku tahu ini salah, bahkan fatal. Kau yang telah menghancurkan perinsipku untuk tidak suka ataupun cinta dengan anak 1 kelas. Kau ubah semuanya. Lalu kau biarkan aku, kau tinggalkan aku dengan luka. Dan kau biarkan bayang-bayangmu selalu ada di benakku. Tak bisakah kau membuatnya pergi? Pergi selamanya. Agar aku bisa melupkan semuanya. Termasuk kenangan yang kita lalui dulu.





Dari sosok yang tak pernah kau lihat kehadirannya...

Minggu, 01 November 2015

Dari gadis bodoh yang bisa-bisanya mencintaimu.


Saat ini aku sedang menatap layar laptopku, sesekali aku melihat handphone ku dan berharap ada notification dari kamu, ya seperti dulu. Kamu selalu menghadirkan canda tawa di kehidupanku. Kamu selalu bisa menghiburku. Kamu selalu mau mendengarkan ceritaku ketika aku mempunyai masalah dengan keluargaku, dan kamu selalu menanggapinya dengan memberi masukan.

Terkadang ketika aku membuka akun social mediaku yaitu facebook, aku selalu berharap ada chat yang masuk dan itu dari kamu, aku rindu akan tulisan huruf-huruf yang tertera di layar ponselku, ya itu adalah sebuah pesan singkat darimu, karena pesan singkat itu selalu bisa membuat aku bahagia dan beruntung bisa dekat dengan seorang pria.

Tapi semuanya berakhir begitu saja, entah mengapa kau tiba-tiba menjauh. Mendiamkan ku seolah-olah aku punya salah yang tak termaafkan oleh mu. Seringkali aku menanyakan pertanyaan ini “kenapa kamu berubah?” tapi setiap aku menanyakan itu kamu tidak menjawabnya dengan detail seperti apa yang aku inginkan. Jika memang aku mempunyai salah padamu.. apa kamu tidak bisa mengukapkannya kepadaku? Tidak perlu dengan cara mendiamkanku seperti ini.

Batinku sungguh tersiksa, setiap kali aku menatapmu semakin aku ingin kembali kemasalalu disaat kita masih bisa berbincang dengan canda tawa yang begitu khas. Aku tahu harapan ini terlalu tinggi. Bahkan terkadang aku terlihat seperti orang konyol. Teman-temanku selalu mendukung aku untuk moveon dan aku selalu berusaha untuk melakukannya, tapi itu tidak mudah! Setiap aku ingin menhilangkan perasaan ini semakin aku mencintaimu. Aku memang hanya gadis sekolah menengah keatas yang tidak begitu mengerti tentang cinta. Tapi aku yakin yang aku rasakan saat ini adalah cinta. Yaa, cinta yang begitu tulus untuk seorang pria yang begitu sempurna sepertimu.

Mungkin jika kau membaca tulisan ini kamu akan beranggapan aku terlalu berlebihan. Tapi inilah yang sedang aku rasakan, memang ini terlihat sangat berlebihan. Tapi bukankah kamu yang membuat aku terjebak dalam sebuah kata ‘CINTA’. Cinta yang kata orang-orang itu bisa membuat kita bahagia setelah mengenalnya. Tapi tidak bagiku! Mengapa setelah aku mengenal kata ‘CINTA’ hanya kesedihan yang aku rasakan. Memang awalnya begitu indah, tapi jika akhirnya seperti ini aku akan memilih untuk tidak mengenal kata ‘CINTA’ itu. Entah kini aku harus membenci ‘CINTA’ atau tidak.

Aku tahu aku begitu egois. Aku hanya ingin kamu mengerti perasaanku. Tapi bukankah itu yang diinginkan oleh setiap gadis dimuka bumi ini ketika sedang mencintai seseorang? Terkadang aku ingin pergi dari dunia. Bukan karena aku menyerah dengan keadaan seperti ini. Tapi karena aku sudah terlalu lelah dengan semuanya. Aku lelah dengan perasaanku yang tak tahu arahnya akan kemana. Akankah ada pangeran yang datang untuk menggantikanmu di hatiku? Aku harap akan ada suatu saat nanti.

2 tahun kita akan bersama dalam satu ruangan. Tapi apa selama 2 tahun itu kita akan tetap seperti ini? Mengucapkan 1 atau 2 kata kepadamu saja aku harus berfikir 2 kali. Karena aku tahu bagimana respon kamu terhadapku, dan itu hanya akan mengecewakanku. Tulisan ini semakin tidak tahu arahnya akan kemana seperti perasaanku saat ini. Perasaan yang tidak bisa berhenti untuk mencintaimu. Hanya ada kamu di hati dan fikiranku. Beribu bahkan berjuta makhluk Tuhan di dunia ini. Tapi aku hanya mencintaimu ya, hanya mencintaimu. Aku tahu aku sangat bodoh. Karena telah mencintai seorang lelaki yang begitu sempurna sepertimu.

Dari gadis yang tolol yang bisa-bisanya mencintaimu.

Sabtu, 31 Oktober 2015

hanya sebuah curahan hati (tidak perlu dibaca)


Entah ini perasaan apa, rasanya aku selalu nyaman ketika kita sedang bersama, bahkan dari awal kita kenal. Saat kamu memulai percakapan denganku melalui BBM, memang ini kelihatan bodoh. Tapi apa salah aku mencintaimu? Kita selalu berbincang via chat bahkan hingga larut malam, seolah kita tidak pernah mengenal yang namanya waktu.

Tapi kini kau pergi tanpa adanya alasan yang jelas, taukah kamu? Gadis ini membutuhkan alasan yang jelas, bisakah kamu memberi alasan sebelum kamu pergi? Aku tahu ketika aku menanyakan hal ini kamu beranggapan “siapa kamu? Kamu bukan siapa-siapa.” Ya, memang aku bukan siapa-siapa, lalu mengapa kau datang bila pada akhirnya kaupun pergi begitu saja?

Waktu demi waktu, hari demi hari, bulan demi bulan telah aku lalui tapi seolah-olah sosok mu tak ingin pergi dari benakku, kenangan yang kau torehkan kedalam hidupku tak bis aku lupakan. Setiap jalan yang aku lalui itu akan membuat aku teringat padamu. Aku teringat saat kamu menjemputku depan rumah, kamu berpkaian rapih dengan minyak wangi yang begitu menyengat di hidungku, disitu kau terlihat sangat tampan, kau datang menghampiriku dengan motor metic yang kau kendarai. Saat  aku mulai menaiki motormu, sungguh dalam hatiku aku sangat ini memegang erat bahumu, tapi aku tahu jika aku melakukan itu aku akan terlihat bodoh dimatamu. Selama perjalanan kita hanya saling diam tak ada satu katapun yang terucap. Jujur pada saat itu jatungku berdetak lebih kencang dari biasa nya, aku merasa semuanya itu mimpi.

Dan ketika teman-teman bercerita tantang kita semua ke Pare waktu itu, aku hanya teringat denganmu. Entah pada saat disana aku merasa dekat denganmu, merasa lebih dekat dan tahu bagaimana rasanya bahagia karena cinta. Ketika kamu mengantarkan buku tulismu untuk ku padahal waktu itu hari sudah malam, membawakan koper saat aku kesusahan membawanya, menyuruhku makan ketika kamu tau aku sedang sakit perut, saat aku memberikan sebuah permen yang bertuliskan ‘SMILE’ lalu kau foto dan dijadikan wallpaper dan fotoprofil di BBM mu.

Setiap aku melewati lampu merah itu aku teringat lagi denganmu, ketika kita bertemu untuk berangkat ke sekolah bersama, saat kau senyum kepadaku, saat kau menertawakanku karena aku hampir jatuh di dalam angkot. Tapi kini semuanya hanya kenangan, dan akan selamanya menjadi kenangan.

Karena apa? Karena aku tahu kini kau telah berbahagia dengannya. Aku tahu tulisan ini terlihat konyol, tapi apa salah, gadis ini mengutarakan perasaannya di dalam sebuah tulisan, aku tidak berharap kamu membaca tulisan ini, karena aku tahu kamu akan tertawa saat membacanya, bahkan akan menghindariku lebih dari ini, mungkin kau akan membenciku juga?

Aku iri! Aku sangat iri dengan teman-teman ku yang bisa bercanda dan tertawa denganmu, bukan karena aku cemburu. Tapi aku berfikir mengapa kau tidak bisa seperti itu padaku? Apa bedanya denganku? Tak bisakah kau bersikap biasa saja? Tidak perlu mendiamkanku seperti ini. Tahukah kamu betapa sakitnya ketika aku merasakan kita seperti orang asing dala satu ruangan?

Aku tahu tulisan ini begitu hancur, bahkan tidak dapat di mengerti. Tapi tulisan ini menggambarkan isi hatiku saat ini, yaa hancur yang saat ini sedang aku rasakan, ingin rasanya aku pergi menjauh darimu, tapi tak bisa, kita akan dalam 1 ruangan selama 2 tahun. Apa selama 2 tahun ini aku tetap bertahan, bertahan mencintaimu. Aku tahu aku tolol, aku bego, aku tidak punya otak. Tapi asal kamu tahu cinta ini tidak pernah berubah sampai detik ini.



Dari wanita bodoh yang dengan kebodohannya



sudah lancng mencintaimu..

Senin, 05 Oktober 2015

bukan apa apa

Kadang aku merasa menjadi wanita yang sangat bodoh di dunia ini
Karena mencintai pria yang begitu sempurna di mata semua wanita
Bukankah pria sempurna harus mendapatkan wanita yang sempurna juga?
Aku? jauh sekali dari kata sempurna
Bahkan aku adalah wanita yang tak pantas untuk di cintai
Karena kekurangan yang aku miliki
Aku salah telah mengenalnya
Mengenal sosok pria itu
Aku salah telah menyambutnya dengan hati
Aku salah menanggapi perhatiannya selama ini
Aku salah telah menaruh harap padanya
Jika aku bisa mengulangnya
Ingin aku tidak mengenalnya
Mengenal dirinya sejauh ini
Bahkan sedekat waktu itu
Ingin rasanya aku melupakannya
Menghapusnya dari bayang-bayang anganku
Izinkan aku untuk membencinya
sehingga aku bisa melupakan rasa cinta ini
sehingga aku hanya mengingat bagaimana dia menyakitiku
menyakitiku berulang kali
Mengapa dia singgah jika akhirnya dia pergi?
apa cinta itu tak bisa untukku?
do'a ku selalu menyertanya
namanya selalu terucap dalam setiap do'aku
aku tidak ingin terus menerus dalam khayalku
khayalku bisa memlikinya
khayalku yang ingin selalu ada di sampingnya
cukup sampai disini penantianku
Aku sudah cukup mengikuti alur yang dia buat di kehidupanku
terimkasih telah memberikan kebahagian itu
kebahigaan yang dia buat selama ini
dan pada akhirnya dia juga yang menghancurkan kebahagiaan itu


Minggu, 30 Agustus 2015

dududu~

Bukannya tak menghargai hidup
Tapi untuk apa hidup jika hanya ada penderitaan yang ku alami?
Bukan kebabasan yang ku dambakan
Aku juga ingin merasakan kebahagiaan itu
Walau hanya di ujung ajalku
Dalam benak ku aku hanya bisa bertanya
Kapan aku bahagia?
Mengapa hanya penderitaan di kehidupanku?
Kekangan yang selalu aku rasakan?
Caci yang selalu aku dengar?
Aku mungkin bukan anak yang bisa di banggakan
Bukan anak yang kau inginkan
Lalu kenapa kau melahirkanku?
Mengapa aku harus ada di dunia ini?
Bukankah aku hanya bisa merepotkanmu?
Aku tidak bisa membahagiakanmu
Aku tidak bisa membuatmu bangga
Aku selalu kau bandingkan dengan dia
Aku memang anak bodoh!
Bukan anak yang di dambakan oleh orangtua diluar sanah
Bahkan aku pun tidak bisa membuat orangtuaku bahagia
Lalu mengapa aku harus ada di dunia ini?
Menagapa aku harus menjalani hidup sepait ini?
Ingin rasanya aku pergi
Pergi selamanya
Biar kau tenang di dunia ini
Karena sudah tidak ada lagi aku di sini
Di rumah ini
Sudah tidak ada lagi anak yang membuatmu jengkel
Membuatmu marah-marah setiap hari
Aku memang anak yang tidak bisa di andalkan
Aku? Pintarpun tidak

Bodoh? Mungkin itu kata yang tepat.

Jumat, 05 Juni 2015

Lirik Lagu - CJR - Tante Linda

Selamat pagi tante linda yang cantik
Aku datang untuk meminta ijin baik-baik
Maafkan ku tante linda yang cantik
Aku hanya ingin jalan-jalan sama gadismu yang cantik
Janji ku jaga baik-baik
Pastikan ku beri yang terbaik
Janjiku tante linda
Jam 5 kami sudah kembali kerumah
Selamat pagi tante linda yang cantik
Sekarang aku tau kenapa dia sangat cantik
Maafkan ku tante linda yang cantik
Sudah lama aku ingin jalan dengan gadismu yang cantik
Janji ku jaga baik-baik
Pastikan ku beri yang terbaik
Janjiku tante linda
Jam 5 kami sudah kembali kerumah
Jaga baik-baik
Pastikan ku beri yang terbaik
Janjiku tante linda
Jam 5 kami sudah kembali kerumah
Tante aku janji dan janji pasti ku tepati
Takkan ku buat kau kecewa
kan ku buat iya bahagia
Janji ku jaga baik-baik
Pastikan ku beri yang terbaik
Janjiku tante linda
Jam 5 kami sudah kembali kerumah
Jaga baik-baik
Pastikan ku beri yang terbaik
Janjiku tante linda
Jam 5 kami sudah kembali kerumah
Jaga baik-baik
Pastikan ku beri yang terbaik
Janjiku tante linda
Jam 5 kami sudah kembali kerumah
Jaga baik-baik
Pastikan ku beri yang terbaik
Janjiku tante linda
Jam 5 kami sudah kembali kerumah

Senin, 12 Januari 2015

Lirik lagu Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan - Untitled Song


Ku mencoba jadi yang terbaik
Ku mencoba jadi yang nomor satu
Ku mencoba jadi pendampingmu
Ku mencoba selalu

Jutaan manusia di dunia
Hanya ada satu untukku
Ku yakin itu pasti dirimu
Ku yakin itu slalu

Tapi ku takut mengecewakanmu
Tak ingin membuatmu menangis
Karena kamu hanya untukku

Aku ini milikmu
Dan kamu ini milikku selalu
Kita pasti kan bersama melewati semua berdua

Meski timur menghadap utara
Meski bumi pun terbelah dua
Sampai bintang runtuh dari angkasa
Kau dan aku selamanya berdua

Aku dan kamu satu
Tak terpisahkan waktu

Aku dan kamu satu
Dan kita kan selalu bersama
Sampai ajal memisahkan kita
Tetap lewati semua berdua
Berdua
Berdua

Minggu, 11 Januari 2015

Lirik lagu CJR - Lebih Baik

iada kata yang dapat ku ucap
saat kau pergi
ku hanya diam menatap langkahmu
meninggalkan kita
oooh oooh oooh
walau berat di hati tak apa
karena ku tahu
pasti ada tantangan yang berat
di setiap perjalanan yang hebat
takkan berakhir di sini
semuanya akan jadi lebih baik
walau kita tidak lagi berlari bersama lagi
tetapi doaku ini selalu untukmu
sampai suatu hari nanti kita kan bersama lagi
berbagi cerita terbaik dari hidup ini
oooh oooh oooh
ku hanya diam menatap langkahmu
meninggalkan kita
pasti ada tantangan yang berat
di setiap perjalanan yang hebat
takkan berakhir di sini
semuanya akan jadi lebih baik
walau kita tidak lagi menari bersama lagi
tetapi doaku ini selalu untukmu
sampai suatu hari nanti kita kan bersama lagi
berbagi (dan berbagi) cerita terbaik
walau kita tidak lagi berlari bersama lagi (bersama lagi)
tetapi doaku ini selalu untukmu (doaku untukmu)
sampai suatu hari nanti kita kan bersama lagi
berbagi cerita terbaik dari hidup ini
oooh oooh oooh cerita terbaik dari hidup ini

Lirik lagu Agnes Monica - Rapuh

Belum sempat ku membagi kebahagiaanku
Belum sempat ku membuat dia tersenyum
Haruskah ku kehilangan 'tuk kesekian kali
Tuhan kumohon jangan lakukan itu
Reff :
Sebab ku sayang dia
Sebab ku kasihi dia
Sebab ku tak rela
Tak s'lalu bersama
Ku rapuh tanpa dia
Seperti kehilangan harap
Jikalau memang harus ku alami duka
Kuatkan hati ini menerimanya
Back to Reff 2x